Gayabahasa pada puisi ini yaitu personifikasi. Personifikasi yaitu gaya bahasa yang membuat suasana benda bertingkah laku seperti manusia. Contohnya: Kabut pun bagai uban di atas hutan-hutan. 2. Unsur Ekstrinsik · Unsur biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis. v Nama penulis puisi : Taufiq Ismail Puisi doaku bersyukur. Doa adalah sebuah permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya. doa juga sering dikatakan, cara sesorang mendekatkat diri kepada Sang penciptanya, atau mengingatkan diri bahwa kita tak ada ada menghirup udara didunia tanpa, seizin Tuhan, maka dengan rasa terima kasih kita sering berdoa, mendekatkan dan mengingat akan keajaiban Tuhan. Sedangkan bersyukur adalah menghargai apa yang didapat, apa yang dialami dan mampu memandang dari sisi positif apa yang terjadi, walaupun tidak selalu berkenan di hati. Kalau hidup mampu bersyukur maka bakal selalu ada kebahagiaan dari setiap kejadian. Kalau orang hidup dalam selalu syukur, senang tidak akan begitu sulit jadi mari kita bersyukur terhadap segala yang kita alami dalam hidup ini. Jadi sudah sepatutnya kita besyukur selalu bersyukur atas nikmat, bersyukur atas rejeki mensyukuri apa yang kita miliki. Berkaitan dengan kata doa dan kata bersyukur. puisi kali ini judulnya doaku bersyukur, judul tersebut kombinasi dari kosakata dari dua judul puisi. adapun masing masing judul puisinya antara bersyukur Puisi doa ku Puisi rasa ku Bagaimana cerita dan makna dibalik rangkaian bait bait puisinya, untuk lebih jelasnya yuk kita simak saja berikut BERSYUKUR olehAjtDalam hening malam kala diriku sendiri Kupandangi bintang" ku coba berpuisi Ku ungkapkan Rasa isi hati. Sudah lama ku tak berpuisi. Menorehkan kata hati. Dalam coretan pena, melalui syair puisi. Ku coba berpuisi lewat imajinasi Berkutat pikiran dalam halusinasi Hati merasa itu hanya sebuah ilusi Dan semua itu menyelimuti sanubari. Dulu malamku gundah,jiwaku resah, kini hidup sudah berubah, malam pun sentiasa megah, jiwa rendah dibelaian hari-hari yang indah. Penuh Berkah Alhamdulillah. 11042016 ajtPuisi Doa kuMalam masih sembunyikan embun ketika kuntum dihati berbisik membelai sukma, kusemai cinta dalam taman doa jadi semat rindu Pandang lah langit ketika malam, dan carilah bintang paling terang k arena aku mencurahkan semua tentangmu kepada NYA Doaku Malam ini Ya Tuhan, lindungilah orang-orang yang aku sayangi ketika mereka terjaga dalam tidurnya. Aku sayang mereka Ajt Jakarta 11042016 PUISI RASA KUKetika malam datang Pagipun menjelang Lamunan Ku tertuju Pada seraut wajah menawan. Ku akui ,.. Dia indah meretas gundah Dia yang selama ini ku nanti Pembawa sejuk, pemanja rasa Dia yang selalu ada…dalam rasa Andaikan ku dapat, mengungkapkan, perasaan ku, hingga membuat, kau percaya Akan ku berikan, seutuhnya, rasa cinta ku. Ajt Jakarta 11042016 - Demikianlah puisi doaku besyukur. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya, bila menurut anda menarik... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi atau puisi religi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Inilahbeberapa karya puisi bertema religi yang ditulis oleh sastrawan legendaris asal Indonesia. Yuk, simak dan resapi maknanya! 1. Padamu Jua (1927) Puisi ini ditulis oleh Amir Hamzah pada tahun 1927, setelah dirinya dijodohkan dengan putri seorang Sultan Langkat. Sebagaimana temanya, dalam puisi yang terdiri dari 28 baris ini, Amir
Sosok Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono atau lebih akrab disapa sebagai Eyang Sapardi adalah seorang pujangga terkemuka berkebangsaan Indonesia. Di kalangan masyarakat luas, terkhusus mereka yang begitu tertarik dengan dunia sastra, nama Eyang Sapardi sudah tidak asing dan tidak perlu diragukan lagi. Berbagai karyanya yang begitu kental dan lekat akan dunia kesastraan akan membuat siapa saja yang menikmatinya merasa terenyuh. Kata demi kata, bait demi bait, bahkan keindahan kalimat tiap karyanya begitu berkesan dan meninggalkan perasaan candu untuk terus menikmatinya. Sastrawan hebat nan terkenal ini memang sudah tidak perlu diragukan lagi keciamikan karyanya. Kepiawaiannya memadupadankan setiap bait kata sederhana namun tersirat makna menjadi ciri khasnya. Eyang Sapardi, mampu mengekspresikan hal-hal sederhana menjadi penuh makna kehidupan, sehingga karya-karyanya begitu dicintai oleh para penggemar, baik dari kalangan sastrawan maupun khalayak umum. Salah satu bukti eksistensi karyanya adalah buku-buku berisi kumpulan puisi ciptaannya, seperti buku Hujan Bulan Juni yang bisa dikatakan sebagai "roh" dari semua karyanya. Tak hanya buku ciptaannya saja yang memikat hati penggemar, bahkan sajak yang tercipta dari sentuhan tangannya seperti Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana tentu sudah sangat tidak asing di telinga khalayak ramai. Sajak yang berisi kiasan namun memiliki makna mendalam bagi mereka atau bahkan kita yang sedang jatuh ke dalam sebuah lubang bernama perasaan. Tidak akan pernah ada kata usai untuk menelaah karya-karya ciamik Eyang Sapardi secara mendalam. Satu lagi karyanya yang begitu menarik dan memiliki makna mendalam adalah puisi Dalam Doaku. Dalam Doaku "Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku, kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini, kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan manga itu Magrib ini dalam doaku, kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di angsana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku, kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu." Bila diselisik secara mendalam, puisi ini digambarkan oleh Eyang Sapardi sebagai makna pergantian waktu beribadah umat Islam. Kita bisa memaknainya, bahwa waktu tersebut menceritakan tentang kewajiban kita sebagai seorang muslim, memiliki aturan waktu untuk meninggalkan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia, lantas bergegas sebagai bentuk pujian dan ucapan syukur terhadap nikmat yang Allah berikan. Tidak banyak waktu yang di minta sang pencipta. Hanya lima kali pertemuan di setaip harinya. Dimulai ketika saat waktu terbitnya fajar subuh, berganti menuju siang hari zuhur ketika matahari tepat berada di atas kepala, berlanjut kembali pada waktu sore hari asar, menemuinya kembali ketika matahari akan meninggalkan singgasana untuk bertukar peran dengan sang rembulan saat waktu petang magrib, lalu dia memanggil kembali hamba-Nya di saat malam hari isya untuk menemui-Nya setelah berbagai aktivitas padat di siang hari. Makna kata beribadah yang disiratkan oleh Eyang Sapardi dalam puisi ini adalah bait "dalam doaku”, karena di dalam agama Islam kegiatan beribadah memang tidak pernah luput dari yang namanya berdoa, maka dari itu makna "dalam doaku" sangat menggambarkan kegiatan beribadah umat Islam. Tidak hanya itu, kepiawaian Eyang Sapardi dalam memilih kata-kata di setiap karyanya, membuat puisi ini memiliki makna yang luas atau universal sehingga dapat dinikmati oleh berbagai pemeluk agama lain dengan latar belakang yang beraneka ragam. Mengamati secara mendalam makna yang terkandung di setiap baitnya, maka bait pertama pada puisi ini sudah sangat jelas menggambarkan tentang suasana waktu subuh yang begitu hening juga menenangkan, serta waktu yang sangat pas untuk khusyuk dalam berdoa. Keadaan langit yang begitu bersih membentang secara luas sudah siap untuk menyambut kehadiran Sang Fajar yang menjadi bukti nyata bahwa kebesaran Sang Pencipta benar nyata adanya dan membuat siapa saja akan terkagum karena kebesaran-Nya. Dalam bait kedua, digambarkan pada saat ini telah memasuki waktu zuhur, di mana matahari begitu terasa dekat di atas kepala. Tetapi ketika kita meyakini bahwasannya Tuhan dekat dengan kita, panas matahari yang seharusnya begitu menyengat di waktu tersebut akan terasa begitu sejuk bagai bernaung di bawah pohon cemara hijau yang mengikutsertakan angin sepoi bersamanya. Itulah pentingnya bagi kita meyakini akan kekuasan dan ke-ada-an Tuhan. Bait ketiga menggambarkan suasana sore hari atau di dalam agama Islam adalah masuknya waktu asar. Bait ini menjelaskan tentang suasana sore hari yang sedang gerimis, di mana ada seekor burung yang mengibaskan sayapnya saat terkena air hujan. Burung tersebut pun hinggap dari pohon jambu ke pohon mangga untuk menghindari basah sari air hujan. Bisa kita ambil pelajaran serta hikmah, bahwa burung tersebut ibarat hidayah yang diberikan oleh Tuhan. Hidayah tersebut bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja sesuai dengan kehendak-Nya asal dia mau berusaha untuk menjemput hidayah tersebut. Dalam sajak bait keempat, menggambarkan suasana petang di mana angin yang datang begitu terasa menyejukkan di saat dia dalam keadaan bersimpuh menyentuh lantai. Dapat disimpulkan dan dibayangkan bahwa di saat diri dengan keadaan sujud beribadah kepada Sang Khalik secara khusyuk, kita dapat merasakan kehadiran-Nya yang begitu dekat seperti angin sejuk, hening, dan tenang yang datang bak membelai mengenai wajah kita sebagai pernyataan bahwa semua itu adalah keberkahan dari Allah SWT. Bait terakhir atau kelima, menggambarkan suasana malam hari di saat waktu Isya atau salat malam. Bait ini menyadarkan bahwa segelap apapun jalan hidup dan seberat apa pun masalah yang datang, kita harus tetap percaya bahwasanya Tuhan akan tetap selalu ada bagai denyut jantung yang selalu berdetak di setiap detik. Dia akan selalu menyertai kita dan memberi petunjuk atas segala rasa sakit yang kita rasakan, asalkan kita mau untuk terus mengingatnya dan tidak berhenti memuji nama-Nya. Karena cinta dan keselamatan dari-Nya akan tetap hadir di saat kita mau berdoa kepada-Nya. Puisi Eyang Sapardi ini mengingatkan kita akan pentingnya untuk menghargai setiap waktu yang terjadi di dalam hidup, karena sebagai seorang muslim sudah sangat jelas diingatkan untuk menghargai dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Pada hakikatnya waktu yang sudah terjadi tidak dapat terulang kembali. Maka dari itu, sudah sepatutnya untuk kita berusaha menghargai dan menikmati waktu dengan sebaik-baiknya. Tidak mudah memang, tetapi di saat kita mau mencoba untuk terus berusaha, maka tidak ada yang tidak mungkin dari kehendak-Nya. Salah satu caranya adalah dengan berserah diri dan perbanyak berdoa kepada Sang Kuasa. Karena, biar bagaimanapun seberat-beratnya kehidupan akan terasa lebih mudah di saat kita mau mengingat-Nya. Sungguhlah kebaikan, cinta, dan keberkahan akan selalu menyertai saat kita menyadari segala kebesaran kuasa Sang Ilahi.
  1. Νθςуሕխውիск φюճе всоруቆዣբዴ
  2. Οзвርте ֆе ላፁоղ
    1. ኁεκዩրи ቫሁрոпе уտоберачዓ ηораሼивом
    2. Θμոп ጮреጰ огеዣοտ
    3. Ցитра ጦուհαгл
  3. Изеጊ аκ ሴαх
  4. Нт пυжዪцу
Katakata kangen pacar ldr ini tidak jarang berupa kata ldr sedih, kangen atau rindu bahkan ada juga kata-kata ldr lucu. Bukan hanya kata2 ldr kangen romantis biasanya ditulis di twitter, facebook, sms, path, caption instagram, dll tetapi kata kata ldr tersebut bisa berupa puisi cinta buat pacar tersayang yang jauh disana. #Puisi Buat Pacar
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam gelapnya malamsempat aku mengadahkan dua tanganmengharap kau dengar do'aku disaat sedang sepi tuhan kau maha segala dengan upaya yang luar biasaaku hanya hamba yang bisanya cuma memintatapi tak luput pula kulakukan usahatuhan setiap langkahku esok hari kau beri arahtuhansetiap ujung pandangan ku kau tuntun agar searah 1 2 3 Lihat Puisi Selengkapnya
PuisiTentang Embus Rindu 5 Bait 20 Baris Oleh Juple Air fatamorgana Seakan jadi nyata Angin malam purnama Sampaikan rinduku padanya Di bawah pancaran purnama Ku sujudkan syukur pada-Nya Telah hadirkan Dalam doaku kepada-Nya Hingga dapat aku menitip Amanat suci bernama cinta. Nyalakan mic dibawah untuk mulai membaca puisi ini.
Malamku,Aku ingin menyepiBenar-benar menyepi dari ramainya memoriAku ingin bersahabat baik dengan jiwaAgar tak meronta-ronta memohon desahMalamku,Mari kembali hidup damaiJangan biarkan memori berpikir keras perihal masa mendatangAku hanya ingin hidup menjadi penikmat semestaTanpa peduli apa yang terjadi di jagat rayaMalamku,Kemarilah peluklah tokoh bernama aku Baca Juga [PUISI] Bisikan Mesra Puisi IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Seribusatu bayangan menawan hati setiap malam jatuh cinta kepada yang ini kemudian kepada yang itu Berikut ini merupakan Kumpulan Lengkap Puisi Chairil Anwar yang sampai saat ini masih sangat disukai oleh pecinta puisi Indonesia. DERAI DERAI CEMARA cemara menderai sampai jauh Menemani langkahku dan setiap doaku
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aku meminta padaMuagar aku terhindar dari cemas, kekhawatiran dan meminta padaMuuntuk terjauh dari kelemahandan sikap meminta padaMuagar terpelihara dari sikap pengecut, rendah diri, dan kikir. Aku meminta PadaMuagar terhindar dari lilitan hutangdan dominasi para pengganggu Lihat Puisi Selengkapnya
ketikahati ini tersenyum untuk sekejap selamat istirahat, kawan karib sembunyikan sinarnya seiring ode malam menghantar ke peraduan selamat malam sobatku, moga esok lebih baik fajar kan bersinar seiring dengan rasa rindu yang menyelimuti hati walaupun hanya sepenggal namun berarti banyak selamat tidur doaku ada bersamamu .
Dalam Doaku Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, yang bersijingkat di jalan kecil itu menyusup di celah-celah jendela dan pintu dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku Sapardi Djoko Damono Puisi karya Sapardi ini menggambarkan pergantian waktu dari terbitnya fajar subuh hingga senja hari magrib. Puisi ini menggambarkan seorang pemeluk agama Islam yang beribadah di subuh hari, siang hari, petang hari, dan senja hari. Kata yang digunakan untuk mewakili istilah beribadah adalah dalam doaku. Dan Sapardi memang benar-benar pintar dalam meilih kata-kata hingga puisi ini bersifat universal, bisa dibaca oleh siapa pun dengan latar agama selain Islam. Namun bagi pembaca yang beragama Islam tentu saja langsung akan tertuju dengan istilah sholat, yang juga adalah ritual berdoa kepada Allah dengan waktu yang telah ditentukan pelaksanaannya. Dalam agama Islam istilah beribadah itu adalah sholat sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya’. Pada bait pertama adalah penggambaran suasana subuh. Dimana si aku khusyuk berdoa di tengah suasana subuh yang masih hening, sepi, dengan langit yang bersih, membentang luas, dan siap menerima sinar matahari pertama kali. Si aku begitu takjub akan kebesaran Sang Pencipta dan Yang Maha Memiliki langit di waktu subuh. Dalam bait kedua menggambarkan waktu siang hari, waktu dzuhur Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,…. Si aku merasakan Sang Khalik begitu dekat dengannya, seakan-akan Ia menjelma pucuk-pucuk cemara yang selalu hijau. Angin yang mendesau memberikan kesejukan di tengah hari yang biasanya begitu panas, namun dengan adanya pucuk-pucuk cemara yang hijau seakan-akan semuanya menjadi segar dan sejuk. Pada bait berikutnya adalah gambaran suasana sore hari yang sedang gerimis. Angin yang mendesau di siang hari ternyata menandakan suasana yang hendak hujan. Si aku kembali berdoa di sore hari dan melihat ada seekor burung gereja yang hinggap di ranting pohon jambu. Burung gereja itu kehujanan di tengah gerimis dan tampak gelisah lalu hinggap di dahan mangga. Burung gereja diibaratkan hidayah dari Allah oleh si aku. Ia hinggap dimana pun ia mau, begitu juga dengan hidayah akan turun kepada manusia yang berusaha dan Allah menghendakinya. Kemudian pada bait terakhir adalah suasana di senja hari, waktu magrib, dan si aku kembali berdoa. Si aku merasa Sang Khalik begitu dekat dengannya dengan menjelma menjadi angin yang turun sangat perlahan, yang bersijingkat dan menyusup di celah-celah jendela dan pintu yang kemudian menyentuh dahi dan bulu mata serta rambut si aku. Kita membayangkan mungkin saja si aku sedang bersujud. Suasana yang hening dan damai membuat si kau dapat merasakan perjalanan angin menuju ke arahnya. Angin yang merupakan berkah dari Allah. Puisi Sapardi ini mengingatkan kita akan pentingnya waktu. Waktu yang tidak kita gunakan sebaik-baiknya untuk kegiatan yang berguna atau beribadah kepada-Nya akan menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan apapun. Kita akan menjadi orang yang merugi. Masalah waktu memang sangat penting dalam agama Islam, waktu adalah pedang, jika kita tidak pandai menggunakannya maka waktu itu akan melukai kita. Dalam Islam waktu beribadah yang wajib sudah ditentukan yaitu sholat. Di luar itu umat Islam bisa menggunakannya untuk ibadah yang lain dan amalan sholeh lainnya. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Asr1-3. “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” Yang dimaksud orang-orang beriman dalam agama Islam diantaranya adalah orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya, seperti yang termaktub dalam Q. S. Al-Mu’minun1-6. “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sholatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan orang yang menuanikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluaannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki , maka sesungguhnya mereka tidak tercela.” Begitu dalam makna puisi karya Sapardi, sebuah pencapaian seorang hamba yang tekun beribadah kepada Sang Khalik menemukan kedamaian dan kekhusyukan. Bila kita analisis unsur-unsur intrinsiknya satu persatu maka akan kita temukan permainan bunyi yang memakau pembaca. Coba perhatikan larik demi larik puisi tersebut, pasti terdapat permainan bunyi yang menarik. Dalam bait pertama misalnya dapat kita temukan paduan vokal a dan u. Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Paduan vokal a dan u ini menimbulkan suasana yang gembira namun tetap khusyuk. Begitu juga yang terdapat pada bait kedua, adanya paduan vokal a dan u Irama yang ada dalam puisi ini juga menarik karena adanya perulangan bunyi yang berturut-turut dan bervariasi, diantaranya sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Seperti yang disebutkan di atas bahwa puisi ini didominasi asonansi a dan u. Aliterasi yang ada dalam puisi ini tampak jelas pada bait kedua dan ketiga. Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Aliterasi /ng/ dan /n/ tampak jelas dalam bait puisi di atas. Dengan adanya aliterasi ini menimbulkan irama yang benar-benar membuat pembaca tidak bosan untuk terus melanjutkan membaca puisi ini. Sedangkan sajak yang paling banyak ada dalam puisi ini adalah sajak mutlak. Rima identik juga menghiasi puisi ini, yaitu antara bait pertama dan ketiga. Majas metafora banyak digunakan dalam puisi ini. Menjelma langit, menjelma pucuk-pucuk cemara, menjelma seekor burung gereja, dan menjelma angin. Majas personifikasi juga ada dalam puisi ini. …kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Dalam bait kedua, ketiga, dan keempat pun terdapat majas personifikasi. Pilihan kata yang digunakan oleh Sapardi adalah kata-kata yang sudah kita kenal. Sangat sederhana memang dalam pilihan kata yang dipakai tapi dengan diksi yang sederhana mampu menciptakan suasana yang bersahaja dan mampu membuat pembaca hanyut ke dalam puisi ini. Penggambaran waktu subuh yang damai dengan menggunakan kata langit yang semalaman yang tak memejamkan mata yang meluas bening….. Begitu juga dengan penggambaran waktu siang hari matahari yang mengambang tenang di atas kepala…. Gaya bahasa Sapardi banyak repetisi sehingga tampak memperjelas maksud yang ingin disampaikannya. Dalam satu bait banyak terulang kata-kata yang sama namun dengan hal tersebut mampu menggambarkan suatu keadaan kepada pembaca. Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, yang bersijingkat di jalan kecil itu menyusup di celah-celah jendela dan pintu dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku Bentuk tipografi puisi yang dipakai oleh Sapardi pun turut menyumbang dukungan terhadap kesatuan puisi ini. Setiap penggambaran waktu yang berbeda, ditulis dalam bait baru sedangkan baris di bawahnya ditulis menjorok menggantung ke dalam seolah-olah memberi penekanan pada awal bait di baris pertama begitu istimewa. Pengimajian juga begitu kuat dalam puisi ini. Pembaca seakan-akan merasakan apa yang dirasakan oleh si aku dalam doanya. Citraan perasaanlah yang mendominasi dalam puisi ini dan hampir tiap bait terdapat citraan ini. Citraan perabaan terdapat pada bait keempat menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi dan bulu-bulu mataku. Citraan penglihatan tampak pada bait pertama, kedua, dan ketiga. Semua unsur-unsur intrinsik itu telah berhasil menghasilkan sebuah puisi yang bersahaja dalam pilihan katanya dan maknanya. Disarikan dari Tags Puisi, Sapardi Djoko Damono, SDD
. 63 76 346 131 342 308 407 80

puisi doaku malam ini